Hidup adalah Perjuangan. Berjuanglah sesuai dengan kamampuan yang Tuhan berikan kepada Kita
yu

1.16.2009

Keutuhan Diri Manusia Papua

Oleh : Kristianus Delgion Madai

Aku berdiam di tengah belantara
Aku tidak melarikan diri
Aku hanya tak suka ketika aku dilihat sebagai binatang
Aku tak mau manusia menentukan hidup – mati ku
Aku sungguh menghargai diriku
Aku tahu bahwa aku manusia yang mempunyai “jati diri”
Jati – Diriku terukir indah di atas tanah leluhurku
Harapanku :
Biarkanlah aku menjadi dan menentukan
Bahkan dengan kehendak bebas yang ada padaku
Biarkanlah aku menetapkan siapa diriku sendiri
_ Kristianus Delgion Madai_

Kehidupan manusia Papua menyatuh utuh dengan Tanah Leluhurnya. Di atas Tanah Leluhurnya ia dapat berpikir dengan tenang, dan merancang masa depannya untuk hidup. Di atas Tanah Leluhurnya ia bergerak. Gerak itu terus mengalir dan menghantarnya menemukan berbagai potensi yang terpendam di dasar budi dan nuraninya. Gerak itu membawa ia pada sebuah permenungan dan refleksi yang mendalam terhadap berbagai fenomena alam sekitar, sosial-kemasyarakatan, hubungan baik Roh Pelindungnya, dan juga terhadap keutuhan dirinya sendiri. Ia merasa aku sebagai bagian dari semesta Papua yang dihargai dan dilindungi bunda pertiwi yang terus membimbing dan memperkelkan aku tentang “dunia”. Di atas Tanah Leluhur inilah jati-diri manusia Papua itu terukir indah.

Di atas tanah leluhurnya ia semakin memahami dan menyadari totalitas hidup yang kesemuanya itu membentuk keutuhan jati dirinya. Hidup itu menjadi penuh karena keutuhan hidup itu dilihat secara luas dan mendalam terhadap realitas yang ada disekelilingnya. Realitas di sini nyata di dalam kehidupan alam, sesama, dan realasi intim manusia Papua dengan roh pelindungnya. Jadi, jati diri manusia Papua semakin nampak ketika ia menyadari dirinya di hadapan alam semesta, sesama, dan roh pelindungnya.

Alam merupakan jantung kehidupan manusia Papua. Manusia Papua berelasi dengan alam seperti berelasi dengan dirinya sendiri. Semua yang menjadi hidup pada dirinya bersumber dari alam. Alam menyediakan beribu-ribu tanda yang memampukan dia untuk merefleksikan tiap fenomena demi “kehidupan baik” yang menjadi idamannya. “Kehidupan Baik” merupakan suatu motivasi manusia Papua dalam memaknai hidup secara utuh dan penuh. Ia mencoba menjaga keseimbangan dan keharmonisan hidupnya melalui kontak dengan alam. Untuk mencapai hidup baik itu, maka manusia harus bergerak. Mengapa harus bergerak? Karena yang tidak bergerak adalah mati. Jika mati maka, kata orang Kristen “biarkanlah orang mati menguburkan orang mati”. Terlepas dari pandangan Kristen, orang Papua menyadari bahwa hidup ini harus digerakkan. Gerak dari hidup itu nampak ketika manusia Papua berkontak dengan alamnya.

Apa itu kontak dengan alam? Kontak dengan alam yaitu menggabungkan seluruh keutuhan totalitas jiwa dalam sebuah relasi intim antara manusia dan alam. Dalam rutinitas kerja harian, manusia Papua menyatu dan masuk dalam kerja yang dilakukannya. Ia meresapi tiap kegiatannya secera penuh dan mendalam. Semua yang ada padanya diwujud-nyatakan melalu tindakan interaksi. Ia membutuhkan alam dengan segala potensi yang ada padanya, sebaliknya alam menyediakan berbagai kebutuhan yang dibutuhkan manusia Papua. Relasi timbal balik ini ada begitu saja dan tak terbantahkan karena manusia Papua menyadari bahwa sesuatu yang menjadi kekurangannya akan diper-lengkapi oleh alam. Menyadari akan kekurangannya, manusia Papua mengagungkan alam sebagai MAMA yang memberi, MAMA yang memelihara, MAMA yang melindungi, dan MAMA yang ....seterusnya. Berbagai penghargaan diberikan kepada alam dalam bentuk ungkapan pujian sesuai dengan konteks pergumulannya. Manusia Papua menyadari bahwa ia lemah dan tidak mampu seorang diri menjalani kehidupan ini. Untuk itulah ia bergandengan bersama alam sebagai sumber dan mewujudkan seluruh impiannya.

Mengatakan Papua bagi manusia Papua sama dengan mengatakan diri manusia Papua, alam, sesama dan roh pelindungnya. mengapa? Karena ketiganya itu satu dan tak terpisahkan. Orang tidak bisa hanya mencintai alamnya saja dan membenci manusia Papua. Atau, mencoba membunuh manusia Papua dengan berbagai cara untuk menguasai alam Papua. Karena mengusai alam tanpa melibatkan manusia Papua sama dengan mengurangi harga diri dari Papua itu sendiri. Siapa itu manusia Papua? Manusia Papua adalah manusia yang mendiami bumi Papua yang seutuh darah dan jiwa menyatu dengan alam, ikatan dengan sesama berdasarkan aliran darah, dan yang menyatu dengan roh pelindungnya. Kesatuannya dengan alam kan dipertahankan meskipun ia berada di tanah perantauan atau dilahirkan di luar tanah leluhurnya. Ingatan akan tanah leluhurnya akan terus diulangi dan berkumandang di dalam sanubarinya. Ia kan semakin hidup ketika kembali (mengadakan perjalanan suci) ke tanah leluhurnya. Ketika kembali ke tanah leluhurnya ada beberapa ritus suci yang harus di lakukan. Hal ini penting agar ia bersatu dengan alam, sesama, dan roh pelindungnya. Tanah leluhur akan terus memanggilnya. Tanah leluhur akan terus merangkulnya untuk selalu dekat dan berada dalam belaian kasih sayangnya. Itulah sebabnya manusia Papua selalu memanggil tanah Leluhur sebagai MAMA yang memberi hidup dan harapan baru untuk menatap masa depan.